Selasa, 01 September 2009

MORALITAS SEORANG GURU

The Best Business
Makalah Gratis
Unbari
Unja
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah pertama kali saya haturkan pada zat yang tak ada satu alas an apapun buat manusia untuk tidak menyembah dan beribadah kepadanya.
Alhamdulilah pertama kali saya haturkan pada zat yang memberikan setitik iman pada jiwa-jiwa yang gersang, maka hanya dengan ridonya makalah profesi pendidikan yang berjudul moralitas seorang guru ini dapat saya selesaikan.
Rahmat takdim salam bahagia Allah semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita nabi agung Muhammad saw, yang dengan kesabarannya telah mencairkan jiwa-jiwa kekufuran.

Ucapan terimakasih yang tak hingga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah profesi pendidikan yang selalu setia memberikan ilmunya pada kami semua.
Kemudian kepada teman-teman ku yang luar biasa yang selalu memberikan semangat dalam mengarungi samudera ilmu, terkhusus kepada teman ku tersayang afriza yang selalu memberiku tempat bersandar saat aku terlemah, sukses buat kalian semua!!
Makalah ini masih jauh dari sempurna jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan pembelajaran selanjutnya.





Jambi 25 juni 2009

Penulis






BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang Masalah
Mendidik dengan Kasih Sayang merupakan hal yang paling ideal. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter atau akhlak anak.
Seorang guru yang memiliki rasa kasih sayang yang besar akan sangat mencintai profesinya dibandingkan dengan seorang guru yang lebih berorientasi terhadap uang. Demikian juga murid yang dididik dengan rasa kasih sayang akan merasa betah dan lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan kepadanya.
Dengan cinta dan kasih sayang suasana kelas akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga kelas menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. kelas yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal.
Memberikan pengertian dengan bahasa cinta yang jelas dan beradab akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lembut dan penuh tanggungjawab. Anak akan mudah memahami lingkungannya dan enak diajak berkomunikasi, sehinga pada akhirnya setelah dia dewasa kelak dia akan tumbuh menjadi manusia yang keberadaanya diakui sebagai pemberi dan penebar kasih sayang yang jadi panutan bagi sesamanya
Guru sejati akan senantiasa berpikir mengajar adalah suatu kebutuhan, bukan suatu kewajiban.

1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1 Memenuhi tugas mata kuliah profesi pendidikan
2 Sebagai sumber wacana tentang moralitas guru
3 Sebagai masukan bagi pembacan semuanya

BAB II
PEMBAHASAN

HAKIKAT BELAR DAN MENGAJAR
Hakikat Belajar adalah aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar. Belajar berarti bersiap diri menerima setiap perubahan yang ada. Belajar merupakan proses yang berkelanjutan dan berliku-liku.
Hakikat mengajar adalah membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar dan bagaimana belajar.
Mengajar harus menggunakan rasa cinta dan kasih saying yang setulusnya.suatu jekas dalam pembelajaran dapat diibaratkan seperti sebiah keluarga. Rasa cinta dan kasih sayang itu harus diucapkan dengan kata-kata yang mendidik, sehingga anak mengerti dan memahami bahwa dirinya adalah bagian dari keluarganya. Anak akan memahami dan menyadari bahwa dia juga mempunyai hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam keluarga, sama seperti anggota keluarga lainnya.
Mengajar adalah menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki sehingga pencapaian tujuan dapat dicapai dengan sempurna. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia.
Prinsip-Prinsip Umum Pembelajaran
• Respon yang berakibat menyenangkan peserta didik;
• Kondisi atau tanda untuk menciptakan perilaku tertentu;

Dalam setiap pembelajaran berarti akan ada:
1 Peristiwa belajar-mengajar terjadi apabila sebyek didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur oleh guru
2 Proses belajar-mengajar yang afektif memerlukan strategi dan media/teknologi pendidikan yang tepat
3 Program belajar-mengajar dirancang dan diimplementasikan sebagai suatu system
4 Proses dan produk belajar perlu memperoleh perhatian seimbang di dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
5 Pembentukan kompetensi professional memerlukan pengintegrasian fungsional antara teori dan praktik serta materi dan metodologi penyampaiannya
6 Pembentukan kompetensi professional memerlukan pengalaman lapangan yang bertahap, mulai dari pengenalan medan, latihan ketrampilan terbatas, sampai dengan pelaksanaan dan penghayatan tugas-tugas kependidikan secara utuh dan actual
7 Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan professional adalah pendemonstrasian penguasaan kompetensi
8 Materi pengajaran dan system penyampaiannya selalu berkembang
Guru yang profesional tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan kompetensinya. Namun dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan perannya, dan selalu meningkatkan kompetensinya agar tercapai kondisi proses belajar mengajar yang efektif dan tercapai tujuan belajar secara optima
HAKIKAT MANUSIA:
1. Manusia sebagai mahkluk Tuhan mempunyai kebutuhan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Manusia membutuhkan lingkungan hidup berkelompok untuk mengembangkan dirinya
3. Manusia mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan dan kebutuhan-kebutuhan materi dan spiritual yang harus dipenuhi
4. Manusia itu pada dasarnya dapat dan harus dididik serta dapat mendidik dirinya sendiri
HAKIKAT MASYARAKAT:
1. Kehidupan bermasyarakat berladaskan system nilai-nilai keagamaan, social dan budaya yang dianut warga masyarakat; sebagian daripada nilai-nilai tersebut bersifat lestari dan sebagian lagi terus berubah sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi
2. Masyarakat merupakan sumber nilai-nilai yang memberikan arah normative kepada pendidikan
3. Kehidupan bermasyarakat ditingkatkan kualitasnya oleh insan-insan yang berhasil mengembangkan dirinya melalui pendidikan
HAKIKAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subyek didik dengan kewibawaan pendidik
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subyek didik menghadapi; lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang cenderung semakin pesat
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya
HAKIKAT SUBYEK DIDIK
1. Subyek didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup
2. Subyek didik memiliki potensi, baik fisik maupun psikologis, yang berbeda-beda sehingga masing-masing subyek didik merupakan insan yang unik
3. Subyek didik memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang menusiawi
4. Subyek didik pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan hidupnya
HAKIKAT GURU
1. Guru merupakan agen pembaharuan
2. Guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat
3. Guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subyek didik untuk belajar
4. Guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subyek didik
5. Pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi subyek didiknya
6. Guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya
7. Guru menjujung tinggi kode etik professional.
Menjadi guru memang panggilan hati. Namun tidak menjamin ketika problema pendidikan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya kepedulian, baik dari masyarakat, terutama pemerintah sehingga guru menjadi profesi yang menjadikan baik secara financial maupun social. Sayangnya selama ini paradigm pembangun hanya sektor ekonomi dan serba material. Sementara sektor pendidikan “bagaikan bingkai yang terus terbengkalai”.
Terlepas dari peristiwa itu kasusistik, bahwa setiap tindakan guru merupakan cerminan moralitas khas dunia pendidikan. Sehingga ada pepatah lama, “Jika guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Dan memilih profesi guru tidak sekedar pilihan kerja, akan tetapi merupakan panggilan “hati” untuk menjadi pendidik. Artinya, seorang guru bukan hanya bertugas mentranformasi pengetahuan, ia dituntut menggiring attitude, menularkan nilai-nilai moral kepada murid-muridnya dari suatu keadaan yang buruk kepada kebaikan.
Sebagai guru tidak hanya pandai memberi contoh baik, tapi bisa dijadikan contoh kebaikan itu. Seperti ditutur dalam hymne guru, “ Engkau sebagai pelita dalam kegelapan/Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan”.
Tanpa bermaksud memberikan vonis, bahwa peristiwa oknum guru yang melanggar hukum baik Negara maupun agama adalah bagian dari fenomena dunia pendidikan kita.
Ada banyak guru yang sengaja membocorkan jawaban UAN hanya karena ingin sekolahnya dianggap telah berhasil dalam melakukan pembelajaran dan ini sudah menjadi suatu kesalahan dan penyimpangan yang berjamaah, karena hampir mencakup seluruh guru dan kepala sekolah.
Bagaimana seorang guru mampu digugu dan ditiru apabila dalam kenyataan ril nya dia hanya mengotori wajah dunia pendidikan?
Pendidikan pada hakikatnya bukanlah suatu kelulusan seperti yang di ujikan melalui UAN, tetapi jauh dari itu, yaitu bagaimana kualitas pendidikan selama ini mampu membawa peserta didik menjadi insan yang mulia akhlaknya, santun dan berbudi luhur sepanjang perjalanan hidupnya.
Mencerdaskan siswa bukan hanya dari segi fisik belaka, akan tetapi bagaimana kelakuannya dalam sehari-hari tetap mencerminkan bahaw ia adalah anak pendidikan, dan hal ini tidak akan tercapai tanpa di contohkan oleh sang guru terlebih dahulu.
Moralitas guru perlu dikedepankan jika persoalan guru di negeri ini ingin dibenahi. Sehebat apapun kurikulum, sarana pembinaan, dan kesejahteraan guru; tanpa moralitas yang baik akan sia-sia.
Dalam jurnal pendidikan, Educational Leadership edisi 1993 meneurunkan laporan utama tentang soal ini (Dedi Supriadi, 1998:98). Menurut jurnal itu untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal :
1 Guru mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.
2 Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya kepada para siswa. Bagi guru, hal ini merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3 Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4 Guru mampu berpikir sistematis tentang apa apa yang akan dilakukaknnya , dan belajar dari pengalamannya. Artinya, harus selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya pada proses belajar siswa
5 Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya.

Menjadi seorang guru memang kelihatan mudah, akan tetapi menjadi guru sejati amatlah susah. Guru sejati bukan hanya memberikan materi dan pengetahuan umum saja akan tetapi bagaimana guru tesebut mampu dijadikan suri tauladan yang baik dalam setiap kesehariannya.
Apakah masih dianggap sebagai guru sejati apabila seorang guru dalam kesehariannya masih melakukan perjudian dan meminum minuman keras?
Apakah masih dianggap sebagai seorang guru sejati apabila seorang guru masih saja mengumpat dan mengucapkan perkataan yang tak senonoh?
Hakikat mengajar dan mendidik hanya terletak pada moralitas. Mengajar hanya memberikan sekedar materi tanpa proses yang panjang, akan tetapi mendidik merupakan bagaimana mencontohkan bertindak dan berbuat yang benar? Tanggung jawab moral yang di andalkan disini.
Mendidik berarti bagaimana melakukan pengajaran dengan penuh kasih sayang dan romantis. Mendidik berarti bagaimana mencontohkan, melakukan, dan menjaganya.
Seorang anak yang biasa-biasa saja tetapi dengan moral yang tinggi itu akan jauh lebih mulia dibanding anak yang cerdas dengan moral yang rendah, inilah letak mengajar dan mendidik.





















BAB III
PEBUTUP


3.1 Kesimpulan
Menjadi guru bukan hanya bagaimana mengajar yang benar tetapi bagaimana mendidik dan mencontohkan yang tepat. Seorang guru harus mampu di gugu dan ditiru, bukan hanya dirungu dan di guyu. Guru yang baik harus bisa menjadi teladan dab panutan baik disekolah, dirumah atau dimana saja. Mendidik berarti menjadikan siswa sebuah keluarga, bukan beban.

3.2 Saran
Dari materi yang telah diutarakan, penulis hanya bisa menyarankan bagi kita semua para calon guru mari kita benahi segala moral kita sehingga kita mampu menjadi guru yang sejati yang dapat menjadi tauladan bagi semua anak didik kita.

















DAFTAR PUSTAKA

Asyar, Mochammad. 2004. "Tahun 2020 Indonesia Kehabisan Guru", dalam Waspada online 10 Februari 2004. www.waspada.co.id.
Driyarkara. 1980. Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Grasindo.
www.google. Moralitas guru. Com

Artikel Yang Perlu Anda Baca



0 komentar: