Sabtu, 15 Januari 2011

Istri Yang Ideal

The Best Business
Makalah Gratis
Unbari
Unja
                Syariat islam telah meletakkan ukuran dan pertimbangan dalam memilih istri secara tepat, sehingga hal ini menjadi batu pijakan yang ideal pada masa mendatang.

                                Di antara sifat – sifat ini adalah seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah Radhiyallah Anhu,, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
Wanita itu dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, karena kehormatannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka carilah wanita pemeluk agama, niscaya hal ini cukup bagimu.” (Diriwayatkan Muslim).

1. Kaya
                Kekayaan yang terpuji di tangan wanita adalah jika kekayaan itu diikat dengan ketakwaan. Harta yang dimiliki wanita shalihah dan bukan kebalikannya sangat dibutuhkan dalam amal kebaikan, menciptakan ketentraman dan kebahagiaan rumah tangga.Rasulullan Shallallhu Alaihi wa Sallam bersabda,
“Sungguh suatu kenikmatan, harta yang baik, dimiliki orang yang Shalih.” (Ditakhric Ahmad Isnadnya hasan).
                Harta tanpa disertai keshalihan atau ketakwaan, melahirkan sifat kesewenang – wenangan wanita, kejahatan terhadap suami dan kecelakaan bagi rumah tangga. Allah berfirman,
“Sesungguhnya manusia benar – benar melampaui batas, karna dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq: 6-7).
                Apa manfaat harta jika disertai akhlak yang buruk, tabiat yang jahat dan ketakwaan yang minim?
                Rumah tangga yang dibanguin karena terpesona pada harta wanita dan kerakusan untuk mendapatkannya adalah rumah tangga yang cepat ambruk. Sebab laki – laki menikahi hanya didorong keinginan untuk mendapatkan harta bendanya. Jika seorang wanita merasakan kerakusan laki – laki terhadap harta, tentu kehidupannya akan mengalami krisis dan hubungan antara suami istri hanya sekedar hubungan kamuflase. Sebab wanita itu berdiri diatas ketamakan seorang tengkulak. Jika diberi harta, maka laki – laki itu senang, dan jika tidak diberi harta, maka dia akan marah.
                Selagi laki – laki menghadapi wanita dengan tabiat seperti ini, maka wanita itu akan menghadapi kehidupan yang sempit. Sehingga laki – laki tersebut tidak mau memperlakukannya sebagai istri kecuali jika dia mempunyai harta. Al-hasil kehidupannya berubah menjadi ajang bisnis yang merugi, lalu akan hancur.

2. Mempunyai Kedudukan Terhormat
                Istri yang ideal didorong oleh kehormatan dirinya dan kemuliaan keturunannya kepada tingkah laku yang terpuji dan baik. Bahkan dia juga mengajak suaminya kepada kehormatan seperti yang ada pada dirinya dan menjauhkan dari perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai – nilai kehormatan. Islam telah mendefinisikan bobot keturunan ini, jika ia disertai dengan pengetahuan dalam masalah – masalah agama.
                Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,dia berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
sebaik – baik orang di antara kalian pada masa Jahiliyah adalah orang yang paling baik di antara kalian pada masa Islam, selagi mereka memahami (masalah – masalah agama).” (Diriwayatkan Al-Bukhary).
                Bila sifat – sifat ini terhimpun dalam diri seorang wanita, maka itu benar – benar merupakan nikmat. Jika tidak, maka cukuplah dengan wanita yang taat dalam beragama.

3. Cantik
                Kecantikan dan tawadhu’ merupakan dua hal yang selalu dicari pada wanita sejak dahulu kala. Sedangkan rupa yang buruk dan congkak tentu akan dihindari oleh laki – laki yang sedang mencari istri.
                Islam sangat memperhatikan masalah ini. Inilah yang bisa kita saripatikan dari hadist Rasulullah di atas. Sebab rupa yang elok merupakan tuntutan untuk memperoleh kesenangan dari diri wanita dan upaya untuk mereguk kenikmatan secara halal. Islam tidak menghalangi fitrah, tetapi justru sangat mempedulikannya,yaitu dengan menjadikan keelokan sebagai sifat yang dituntut dari istri. Namun ada tuntutan lain yang lebih abadi, sebagaimana firman-Nya,
“sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la: 17).
                Sehingga seorang muslim bisa menikahi wanita shalihah yang bisa membantunya untuk mendapatkan keberuntungan akhirat, bukan wanita yang merusak dunia dan akhiratnya.
                Kecantikan tanpa disertai ketakwaan yang bisa menjaganya, akan menyeretnya kepada kecelakaan, menghancurkan bangunan rumah tangga dan menggelicirkan anak – anak. Maka Allah berfirman,
“sesungguhnya wanita budak yang Mukminah itu lebih baik dari wanita menarik hatimu.” (Al-Baqarah:221).
                Kecantikan yang disertai ketakwaan yang tulus dan murni, menciptakan kehidupan rumah tangga yang harmonis dan menjadikan wanita sebagai sosok yang ideal.

4. Pemeluk Agama Yang Taat
                Sebab iman yang kuat dan agama yang kokoh merupakan satu – satunya jaminan yang menunjang kesuksesan kehidupan rumah tangga dan kebahagiaannya. Kecantikan bisa layu dan sirna karena dimakan hari. Sedangkan ketakwaan wanita justru akan menambah kebersamaan antara suami istri dan mampu menuntaskan berbagai problem yang muncul dalam kehidupan keduanya.
           Wanita yang bertakwa tentu  mengetahui hak dan kewajiban, lalu dia berusaha mem­berikan hak kepada siapa pun yang berhak. Dia memenuhi hak-hak suami, menasihati anak-anaknya dan membimbing mereka dengan cara yang terbaik.

           Setelah menikah dan mengarungi ke­hidupan bersama, dia akan memperbaiki keadaannya. Namun ternyata harapannya meleset  tatkala dia dihadapkan  pada kebatil­an dan keteguhannya melakukan kebatilan. Problem demi problem tidak bisa dituntas­kan, dan jalan satu-satunya adalah perce­raian, atau membiarkannya melakukan ke­batilan dan akhirnya suami melepas agama­nya hanya karena mengikuti syahwatnya.

                Menjatuhkan pilihan yang tidak tepat akan menghasilkan rumah tangga yang semrawut dan tidak mempunyai pijakan yang kuat. Orang-orang yang mengabaikan faktor agama dan ketakwaan pada diri wanita, tentu akan banyak mengeluarkan keluhan sesudah itu. Maka sudah selayak­nya pars generasi mendatang untuk men­jatuhkan pilihan kepada wanita atas dasar ketakwaan kepada Allah. Karena menurut pengalaman yang sudah-sudah, factor ilmiah yang bisa menjadi pijakan yang kokoh.

 5. Gadis.
                Syariat menganjurkan kaum laki-laki agar mencari wanita yang masih gadis, karena wanita gadis lebih mencintai suaminya dan lebih bisa menyatu dengan­nya daripada janda. Sebagaimana biasanya, tabiat manusia lebih menyayangi orang yang pertama kali mengikat hubungan dengannya. Dari Jabir Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
"Carilah wanita-wanita gadis (sebagai istri), karena mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis mulutnya, lebih sedikit kejelekannya dan lebih ridha terhadap sesuatu yang sedikit. " (Diriwayat­kan Ath-Thabrany).
           Namun jika di sana ada kemaslahatan yang lebih nyata dengan menikahi janda, maka penikahan itu pun tidak apa-apa. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah memberkahi Jabir atas perkawinan­nya dengan seorang janda, setelah beliau tabu niatnya agar sang istri mau membantu dalam mengasuh Sembilan saudari-saudarinya.

           Gadis atau pun janda, yang penting harus diiringi dengan ketakwaan dan ke­shalihan, sebagai pemenuhan terhadap seru­an Rasulullah, "Maka carilah wanita peme­luk agama, niscaya hal itu cukup bagimu."

           Memang boleh jadi ada sebagian janda yang lebih berkenan di hati daripada wanita­ - wanita gadis, karena memiliki sifat-sifat yang baik. Berapa banyak istri yang tadinya merupakan wanita janda, tetapi hidupnya lebih semarak dan hampir mendekati kesempurnaan ketimbang yang lain, lebih matang, lebih manis, lebih bisa mengerti dan mampu menciptakan ketenangan serta kebahagiaan di tengah keluarga.
6. Subur dan Tidak Mandul.
           Hal ini didasarkan kepada hadits, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
"Nikahilah wanita yang banyak anak (subur) dan penuh kasih sayang. Karena aku bangga terhadap jumlah kalian yang banyak. " (Diriwayatkan An-Nasa'y).
           Kesuburan seorang wanita bisa dilihat dari keadaan saudara-saudaranya. Sedang­kan perkawinan dengan orang yang sebelumnya sudah diketahui bahwa dia mandul, maka sesungguhnya perkawinan itu bukanlah perjalanan sepintas lalu atau kemaslahatan temporal atau kesenangan yang terlepas dari hal-hal yang datang berikutnya.

                Jika kemudian istri sakit atau umurnya sudah lanjut, maka sang suami tentu akan merasakan kelalaian karena menikah dengannya dan dia menganggapnya hanya sebagai beban yang memberati pundaknya. Padahal andaikata dia mempunyai anak, tentu bebannya akan sedikit terkurangi.
                 Maka untuk  menjaga keutuhan hubungan antara suami istri, seorang laki-laki harus berhati-hati dalam memilih pendamping hidupnya. jika seorang laki-laki ingin men­cari istri yang ideal, maka die harus memilih istri yang benar-benar pas, sesuai dengan asas syariat, sebagaimana yang terkandung di dalam tiga hadits Rasulullah di atas.

Artikel Yang Perlu Anda Baca



0 komentar: