Jumat, 16 Oktober 2009

konsentrasi sel darah

The Best Business
Makalah Gratis
Unbari
Unja
PERCOBAAN III

I. Hari / tanggal : Kamis / 17 April 2008
II. Judul : Konsentrasi sel darah
III. Tujuan : Mengukur konsentrasi sel darah dalam berbagai macam media yang mempunyai konsentrasi osmosis yang berbeda.
IV. Landasan Teori
Darah merupakan jaringan pengikat. Pada mamalia terdapat 6 liter darah atau 6-10% dari berat tubuh. Lingkungan dari setiap sel dari trilyunan sel yang menyusun tubuh kita adalah cairan. Darah merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Beberapa cairan tubuh yang lain adalah cairan jaringan, merupakan cairan tubuh yang terdapat dalam ruang antar sel. Cairan limfa, merupakan cairan tubuh yang terdapat di dalam pembulu limfa dan organ limfakus.
Darah terdiri dari dua bagian yaitu sel darah (butir-butir darah) dan cairan darah (Plasma darah). Sel-sel darah merupakan bagian darah yang mempunyai bentuk. Ada 3 macam sel darah yaitu eritrosit (sel darah merah),leokosit (sel darah puth), dan trombosit (keping- keping darah). Leokosit ada dua macam,yaitu granolosit (leokosit bergranula) dan agranolosit (leokosit tak bergranula). Granolosit meliputi neotrolif ,eosinofil dan basofil. Agranolosit meliputi limfosit dan monosit. Sel-sel darah terdapat dalam plasma darah.
Plasma darah merupakan bagian yang cair dari darah yang mempunyai atau terdiri dari air ( 91-92%), protein 8-9%, substansi lain selain protein seperti garam amonium urea, asam urat kreatinin, kreatin, asam amino, santin, dan hiposantin. Darah beredar dalam pembuluh darah arteri,vena,dan kapiler.
Trombosit atau disebut juga keping darah merupakan sel yang berbentuk agak bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna, berat jenisnya rendah dan berukuran kecil dengan deameter antara 1 sampai 4 mikron. Trombosit dibentuk dari sel induk yang disebut megakariosit yang benyak tardapat disumsum tulang, sedangkan penghancuran trombosit dilakukan di dalam limpa. Trombosit sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Sebuah eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan dengan bagian tepi. Eritrosit mamalia tidak mengandung inti ( nukleus ), suatu karakteristik yang tidak umum pada sel hidup. Semua sel darah merah tidak mempunyai mitondria dan menghasilkan ATP-nya secara ekslusif melalui metabolisme anaerobik. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, dan sangat akan tidak efisien jika metabolisme eritrosit sendiri bersifat aerobik dam mengkonsumsi sebagian oksigen yang mereka bawa. Ukuran eritrosit yang kecil (berdiameter sekitar 12 µm) juga sesuai dengan fungsinya supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf sel darah merah juga menambah luas permukaannya. Bentuk bikonkaf ini berfungsi mempercepat pertukaran gas-gas antara sel-sel dan plasma darah. Sel darah merah terutama dibentuk dalam sumsum tulang rusuk, tulang dada, dan tulang belakang
Meskipun sel darah merah berukuran sangat kecil, sel ini mengandung sekitar 250 juta molekul hemoglobin, sejenis protein pengikat dan pembawa oksigen yang mengandung besi. Hemoglobin ini jugan berikatan dengan molekul gas nitrat oksida (NO) selain dengan O2. ketika sel darah merah lewat melalui hamparan kapiler paru-paru, insang, atau organ respirasi lainnya, oksigen akan berdifusi kedalam eritrosit dan hemoglobin akan berikata dengan O2 dan NO. hemoglobin akan membongkar muatannya dalam kapiler sirkuit sistemik. Disana oksigen akan berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. NO akan merelaksasikan dinding kapiler, sehingga dapat mengembang. Hal tersebut mungkin berperan dalam membantu mengirimkan O2 ke sel.
Adapun fungsi darah antara lain yaitu :
1) Merupakan alat pengangkut oxygen dan CO2 diantara alat-alat pernafasan
2) Pembentukan fibrin
3) Mengangkut hormon
4) Mengatur keseimbangan cairan-cairan antara darah dan cairan jaringan
5) Mengatur keseimbangan (pH) darah
6) Merupakan alat pertahanan tubuh
7) Pencegahan infeksi / penyakit.
8) Mengangkut air dan sari-sari makanan
9) Menyimpan makanan dalam bentuk sari-sari

Hemolisa adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma.
Ada dua macam hemolisa yaitu hemolisa osmotik yang terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 8 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisa dan sebagian lagi sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah yang muda, membran selnya masih kuat.
Bila sel darah merah dimasukkan kedalam laritan NaCl 0, 3 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa sempurna. (Wulangi, 1993: 43)
Yang kedua, hemolisa kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu,. (wulangi, 1993: 43).
V. Alat dan Bahan
1. Larutan NaCl 0, 3%, 0, 6%, 0, 9%, 1%, 1, 2%
2. Darah katak, manusia, dan ikan
3. Kloroform
4. Alkohol
5. Lanset
6. Mikroskop
7. Kaca objek dan cover glass
8. kapas

VI. Prosedur Kerja
Pengamatan pertama
1. Dimbil darah katak dengan menggunakan jarum suntik atau dengan sedikit penyayatan.
2. Diteteskan pada kaca objek
3. Tutup dengan cover glass
4. Ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang telah ditantukan.
5. Ditutup dengan cover glass.
6. Diamati



Catatan :
Sediaan darah katak diperoleh dengan cara mengisolasi langsung dari jantung katak. Pertama kali katak dibius lalu rongga dada dibuka, kemudian syringe yang telah dibrsihkan dengan antikoagulan dimasukkan kedalam ventrikel. Isaplah darah sebanyak yang diperlukan dengan cara menarik pompa syiringe.
Pengamatan kedua

1. Dimbil darah manusia dengan menggunakan jarum frens
2. Diteteskan pada kaca objek
3. Tutup dengan cover glass
4. Ditambahkan larutan NaCl dengan konsentrasi yang telah ditantukan.
5. Ditutup dengan cover glass.
6. Diamati

VII. Hasil Pengamatan


VIII. Pembahasan
Setelah melakukan praktikum praktikan mendapatkan hasil seperti pada tabel hasil pengamatan, dimana pada konsentrasi 1, 2 % baik pada katak, ikan dan manusia secara umum sel darah pada konsentrasi ini mengkerut (krenasi). Kerutan yang terjadi pada darah ini dikarenakan NaCl dengan konsentrasi 1, 2 tergolong pekat. Tergolong pekat jika dibanding dengan cairan isi sel darah merah, sehingga menyebabkan air yang ada didalam sel darah merah akan banyak keluar dan akibatnya sel darah merah akan mengkerut. (Wulangi: 44).
Pada konsentrasi 1 % sel darah katak (eritrositnya) memang benar-benar sudah mengkerut dan sudah nampak agak mengecil, demiian juga halnya dengan eritrosit ikan. Pada manusia darah pada dengan diberi larutan NaCl dalam konsntrasi ini juga mengalami pengkerutan atau krenasi.
Pada konsentrasi 0, 9% sel darah merah pada objek yang diamati secara umum normal, bentuknya bikonkaf.
Pada konsentrasi 0, 6%, sel darah merah agak mengembung, ukurannya besar.
Pada konsentrasi 0, 3% sel darah ukurannya besar dan menggembung, seharusnya pada konsentrasi ini sel darah pada manusia mengalami hemolisa sempurna ( semua eritrositnya pecah). Terdapat kesalahan disini mungkin disebabkan penetesan NaCl yang berlebih.
Pada hasil praktikum antara praktikan satu dan lainnya terdapat sedikit perbedaan mungkin karena kurangnya ketelitian dari praktikan. Hemolisa terjadi pada konsentrasi 0,3 % karena konsentrasi diluar sel lebih rendah dari pada diluar sel. Larutan yang mempunyai tekanan osmosa lebih kecil dari pada tekanan osmosa di dalam sel darah merah disebut hipotonis. Larutan NaCl 0,3% secara gampang bisa dikatakan larutan hipotonik. Akibatnya sel menjadi mengembang dan membrane sel dapat pecah, atau terjadi hemolisa sempurna. Bila larutan luar mempunyai tekanan osmosa lebih besar dari dalam sel maka disebut hipertonis. Dan larutan 1,2% disebut larutan hipertonis, akibatnya sel darah merah mengkerut dan mengalami krenasi.

IX. Kesimpulan
Setelah dilakukan percobaan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
• Praktikan mampu mengukur konsentrasi sel darah dalam berbagai macam media yang mempunyai konsentrasi osmosis yang berbeda.
• Praktikan mengetahui bahwa hemolisa sempurna pada konsentrasi 0, 3% dan pada manusia kan stabil pada konsentrasi 0,
• Praktikam bisa mengetahui proses homolisa dan penyebabnya


X. PERTANYAAN

1. Tentukanlah pada konsentrasi Nacl yang mana sel darah yang tidak mengalami peubahan. Jelaskan mengapa demikian!
Jawab:
pada konsntrasi NaCl 0,9%, karena tekanan osmosi isis sel darah adalah sama dengan tekanan luar sel darah (larutan NaCl) yaitu 0,9%

2. proses apakah yang menyebabkan darah membengkak pada larutan hipertonis dan mengkerut pada larutan hipotonis. Jelaskan mengapa demikian!
Jawab :
Pada larutan hipertonis larutannya mempunyai tekanan osmosis lebih besar dari tekanan osmosa isi sel darah merah.
Pada larutan hipotonis larutannya mempunyai tekanan osmosis lebih kecil daripada tekanan osmosa pada sel darah.

DAFTAR PUSTAKA

Sutarmi H. Siti. 1986. Biologi jilid 2. IPB : Bogor
Dietor, delman H. 1992. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta
Kastowo, Hadi. 1982. zoologi umum. Alumni: Bandung
Wulangi, kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Artikel Yang Perlu Anda Baca



0 komentar: