Sabtu, 09 Januari 2010

Evaluasi Pembelajaran

The Best Business
Makalah Gratis
Unbari
Unja

KONSEP DASAR EVALUASI HASIL BELAJAR

Wiersma dan Jurs membedakan antara evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapat di atas secara implisit menyatakan bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralph W. Tyler, yang dikutif oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda. Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objectives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip oleh Nana Syaodih S., menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatif. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared to some standard. Beberapa definisi terakhir ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Sementara itu Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang membedakan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi. Arikunto menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan “Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek. Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) “The assignment of one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established rules
Evaluasi (evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens & Lehmann, 1991).
Ø    Dalam melakukan evaluasi terdapat judgement untuk menentukan nilai suatu program yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif.
Ø    Evaluasi memerlukan data hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi, seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainya.

B. Tujuan Evaluasi
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Khusus terkait dengan pembelajaran, evaluasi dilaksanakan dengan tujuan:
1. Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa.
2. mengetahui tingkat keberhasilan PBM
3. menentukan tindak lanjut hasil penilaian
4. memberikan pertanggung jawaban (accountability)

C. Fungsi Evaluasi
Sejalan dengan tujuan evaluasi di atas, evaluasi yang dilakukan juga memiliki banyak fungsi, diantaranya adalah fungsi:
1. Selektif
2. Diagnostik
3. Penempatan
4. Pengukur keberhasilan
Selain keempat fungsi di atas Asmawi Zainul dan Noehi Nasution menyatakan masih ada fungsi-fungsi lain dari evaluasi pembelajaran, yaitu fungsi:
1. Remedial
2. Umpan balik
3. Memotivasi dan membimbing anak
4. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
5. Pengembangan ilmu

D. Manfaat Evaluasi
Secara umum manfaat yang dapat diambil dari kegiatan evaluasi dalam pembelajaran, yaitu :
1.      Memahami sesuatu : mahasiswa (entry behavior, motivasi, dll), sarana dan prasarana, dan kondisi dosen
2.      Membuat keputusan : kelanjutan program, penanganan “masalah”, dll
3.      Meningkatkan kualitas PBM : komponen-komponen PBM
Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti siswa, guru, dan kepala sekolah.

v     Bagi  Siswa ; Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan
v     Bagi Guru:
1.      mendeteksi siswa yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan
2.      ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll.
3.      ketepatan metode yang digunakan
v     Bagi Sekolah:
1.      hasil belajar cermin kualitas sekolah
2.      membuat program sekolah
3.       pemenuhan standar

E. Macam-macam Evaluasi
1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal.
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauh siswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut. Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK) yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan, dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa. Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkiran masih sangat mungkin dijangkau/ dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai.
Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah berhasil dan siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat. Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan diberikan remedial, yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu. Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topik berikutnya, bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan, yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan dan pendalaman dari topik yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai pembahasan suatu bidang studi.
3. Diagnostik
          Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.

Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
Ditinjau dari
Tes Diagnostik

Tes Formatif
Tes Sumatif
Fungsinya
1.      Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuannya
2.      Menentukkan kesulitan belajar yang dialami
Umpan balik bagi siswa, guru, maupun program untuk menilaipelaksanaan suatu unit program
Member tanda telah mengikuti suatu program,  dan menentukkan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan anggota kelompoknya
cara memilih tujuan yang dievaluasi
1.      Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat
2.      memilih tujuan setiap program pembelajaran secara berimbang
3.      memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan
Mengukur semua tujuan instruksional khusus
Mengukur tujuan instruksional umum
Skoring (cara menyekor)
menggunakan standar mutlak dan relatif
menggunakan standar mutlak
menggunakan standar relatif


Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non-objektif yang juga sering disebut tes uraian adalah tes yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif, sedang tes non-objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
v     Ada beberapa bentuk soal yang dipakai dalam sistem penilaian berbasis kelas. Bentuk soal tes yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Pilihan ganda :
·        Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan komputer.
·        Kelemahannya:
ü      membuat butir soal pilihan ganda yang berkualitas baik cukup sulit,
ü      adanya peluang kerja sama peserta antar tes sangat besar.
·        Oleh karena itu, bentuk ini dipakai untuk ujian yang melibatkan banyak peserta didik dan waktu untuk koreksi relatif singkat. Penggunaan bentuk ini menuntut agar pengawas ujian teliti dalam melakukan pengawasan saat ujian berlangsung. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi tergantung pada kemampuan pembuat soal (Ebel, l979).
Soal pilihan ganda memiliki beberapa tipe yaitu :
a.      melengkapi pilihan ( dengan 4 atau 5 option )
Soal obyektif jenis ini terdiri dari pokok soal (stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau suatu pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5 kemungkinan jawaban yang disebut option. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci ). Option selain kunci jawaban disebut sebagai pengecoh (distractor).
Contoh :
Di antara pernyataan di bawah ini, yang benar mengenai kepemimpinan adalah..
1.      kegiatan mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
2.      kegiatan memaksa bawahan untuk berupaya mencapai tujuan
3.      orang yang mampu mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan
4.      seni memaksa bawahan untuk meningkatkan motivasi
5.      merupakan kegiatan non utama untuk mencapai tujuan
b.      analisis hubungan antar hal
Soal jenis ini terdiri dari 2 kalimat pernyataan , yang dihubungkan dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa merupakan sebab akibat, bisa juga keduanya benar tetapi tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga keduanya salah.
Contoh :
Motivasi adalah salah satu seni penting yang harus dikuasai oleh seorang pimpinan
SEBAB
Kemampuan memotivasi bawahan adalah salah satu cara untuk mendapatkan sumberdaya manusia yang mau dan mampu bekerja
c.       melengkapi berganda
Soal jenis ini hampir sama dengan tipe soal melengkapi pilihan, hanya saja diikuti dengan empat kemungkinan jawaban benar dan siswa diminta untuk memilih jawaban-jawaban yang benar.
Contoh :
Kegiatan evaluasi terdiri dari:
1)      mengukur
2)      menilai
3)      memberikan hasil
4)      persiapan
2.      Uraian objektif :
ini cocok untuk mata pelajaran yang batasnya jelas seperti Matematika dan IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi).
·        Agar hasil penskorannya objektif diperlukan pedoman penskoran
·        Objektif di sini berarti hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama walau diperiksa oleh orang yang berbeda asal memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan mata ujian.
·        Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
·        Penskoran dilakukan secara analitik, yaitu setiap langkah pengerjaan diberi skor. Misalnya, jika peserta didik menuliskan rumusnya diberi skor, menghitung hasilnya diberi skor, dan menafsirkan atau menyimpulkan hasilnya, juga diberi skor.
·        Penskoran bersifat hierarkhis, sesuai dengan langkah pengerjaan soal. Bobot skor untuk tiap butir soal ditentukan oleh tingkat kesulitan butir soal, yang sulit bobotnya lebih besar dibandingkan dengan yang mudah.
3.      Uraian non-objektif/uraian bebas :
·        Bentuk ini cocok untuk bidang studi ilmu-ilmu sosial.
·        Walau hasil penskoran cenderung subjektif, namun bila disediakan pedoman penskoran yang jelas, hasilnya diharapkan dapat lebih objektif.
·        Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
·        Bentuk ini bisa menggali informasi kemampuan penalaran, kemampuan berkreasi atau kreativitas peserta didik, karena kunci jawabannya tidak satu.
4.      Jawaban singkat atau isian singkat :
·        Bentuk ini cocok digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman peserta didik jumlah materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
5.      Menjodohkan :
·        Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang fakta dan konsep.
·        Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
6.      Performans :
·        Bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktek di laboratorium. Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan kemampuan dan keterampilan dalam bidang tertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan pada analisis pekerjaan.
7.      Portfolio :
·        Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik, dengan menilai kumpulan karya-karya, atau tugas yang dikerjakan peserta didik. Portfolio berarti kumpulan karya atau tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik (Popham, 1985).
·        Karya-karya ini dipilih kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat perkembangan kemampuan peserta didik. Cara ini bisa dilakukan dengan baik bila jumlah peserta didik yang dinilai tidak banyak.

klik disini untuk data yang lebih lengkap







Artikel Yang Perlu Anda Baca



0 komentar: